Selain IQ atau kecerdasan intelektual, EQ (emotional quotient) juga
penting dalam hidup seseorang. EQ adalah kemampuan seseorang untuk
menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang
lain di sekitarnya.
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
worldental.org |
Lantas apa hubungan emosi dengan otak? Apa dan bagaimana fungsi amygdala dalam hal ini?
Otak manusia terbagi menjadi tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang. Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia, otak mengalami berkembang juga. Otak depan berkembang dan membentuk otak besar (serebrum), otak tengah berukuran lebih kecil dan menjadi penghubung antara otak depan dan otak belakang, sedangkan otak belakang menjadi otak kecil dan sumsum lanjutan.
Otak besar merupakan saraf pusat utama yang mengendalikan kegiatan tubuh kita, otak besar berfungsi sebagai pusat kesadaran dan pengendalian kesadaran, termasuk didalamnya adalah semua emosi perasaan kita, selain itu otak besar berfungsi juga sebagai pusat ingatan.
Di dalam struktur otak terdapat bagian yang berhubungan langsung dengan emosi dan disebut dengan amygdala ((bahasa Yunani αμυγδαλή, amygdalē, almond, 'amandel'), karena bentuknya yang mirip kacang almond.
Amygdala merupakan komponen utama penghasil emosi. Otak kita memiliki dua amygdala yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan makhluk lain. Oleh sebab itu jika ada seseorang yang amygdala-nya diambil untuk alasan medis ataupun karena sebab lain, maka orang tersebut mengalami gangguan emosi dan bisa jadi tidak tertarik untuk berinteraksi dengan lain.
Contohnya bila seseorang mengalami kecelakaan dan amnesia, ini berarti bagian otak besarnya mengalami gangguan. Selain lupa, emosinya ikut terganggu karena bagian amygdala mengalami gangguan. Contoh lain, pada beberapa pasien stroke mengalami gangguan emosi serupa terutama bila amygdala-nya terganggu atau terpengaruh saat operasi.
Otak manusia terbagi menjadi tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang. Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia, otak mengalami berkembang juga. Otak depan berkembang dan membentuk otak besar (serebrum), otak tengah berukuran lebih kecil dan menjadi penghubung antara otak depan dan otak belakang, sedangkan otak belakang menjadi otak kecil dan sumsum lanjutan.
Otak besar merupakan saraf pusat utama yang mengendalikan kegiatan tubuh kita, otak besar berfungsi sebagai pusat kesadaran dan pengendalian kesadaran, termasuk didalamnya adalah semua emosi perasaan kita, selain itu otak besar berfungsi juga sebagai pusat ingatan.
Di dalam struktur otak terdapat bagian yang berhubungan langsung dengan emosi dan disebut dengan amygdala ((bahasa Yunani αμυγδαλή, amygdalē, almond, 'amandel'), karena bentuknya yang mirip kacang almond.
Amygdala merupakan komponen utama penghasil emosi. Otak kita memiliki dua amygdala yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan makhluk lain. Oleh sebab itu jika ada seseorang yang amygdala-nya diambil untuk alasan medis ataupun karena sebab lain, maka orang tersebut mengalami gangguan emosi dan bisa jadi tidak tertarik untuk berinteraksi dengan lain.
Contohnya bila seseorang mengalami kecelakaan dan amnesia, ini berarti bagian otak besarnya mengalami gangguan. Selain lupa, emosinya ikut terganggu karena bagian amygdala mengalami gangguan. Contoh lain, pada beberapa pasien stroke mengalami gangguan emosi serupa terutama bila amygdala-nya terganggu atau terpengaruh saat operasi.
neilslade.com |
Sedih, senang, merasa sakit, dan perasaan lainnya karena peran amygdala.
Inilah yang memacu jaringan otak dan juga struktur sarafnya untuk
mengeluarkan air mata, tertawa bahagia, atau mengaduh kesakitan.
Jika amygdala anda mengalami kerusakan, bisa jadi Anda masih dapat berkomunikasi namun anda menjadi pasif dan respon kadar emosi anda menjadi minim, anda bahkan tidak mampu lagi untuk menangis, kondisi semacam ini disebut sebagai affective blindnness.
Hubungannya dengan stress
Ketika stres terjadi, amigdala mengirim pesan pada kelenjar endokrin untuk mengeluarkan sejumlah bahan kimia yang dimulai dengan pelepasan CRF (corticotrophin-releasing factor) dan diakhiri dengan membanjirnya hormon-hormon stres terutama kartisol.
Bahan kimia tersebut tinggal di dalam tubuh berjam-jam lamanya, padahal setiap kali kejadian yang mengesalkan berikutnya hormon-hormon tersebut terus diproduksi, sehingga terjadilah penumpukan hormon stres. Penumpukan itu membuat amigdala menjadi detonator yang sangat peka, yang siap membajak akal sehat menjadi naik pitam atau panik hanya karena provokasi hal-hal yang gampang (Goleman, 1999)
Salah satu dampak dari horman stres terlihat pada aliran darah, ketika denyut jantung meningkat. Darah yang seharusnya mengalir deras justru terhalang masuk ke pusat-pusat kognitif otak. Kartisol mencuri energi dari bagian memori kerja otak dan mengalihkannya ke perasaan. Ketika kadar kartisol sedang meninggi, orang lebih mudah berbuat salah, sulit berkonsentrasi, dan tidak mampu mengingat dengan baik (Wolkowitz dkk dalam Goleman, 1999)
Jika amygdala anda mengalami kerusakan, bisa jadi Anda masih dapat berkomunikasi namun anda menjadi pasif dan respon kadar emosi anda menjadi minim, anda bahkan tidak mampu lagi untuk menangis, kondisi semacam ini disebut sebagai affective blindnness.
Hubungannya dengan stress
Ketika stres terjadi, amigdala mengirim pesan pada kelenjar endokrin untuk mengeluarkan sejumlah bahan kimia yang dimulai dengan pelepasan CRF (corticotrophin-releasing factor) dan diakhiri dengan membanjirnya hormon-hormon stres terutama kartisol.
Bahan kimia tersebut tinggal di dalam tubuh berjam-jam lamanya, padahal setiap kali kejadian yang mengesalkan berikutnya hormon-hormon tersebut terus diproduksi, sehingga terjadilah penumpukan hormon stres. Penumpukan itu membuat amigdala menjadi detonator yang sangat peka, yang siap membajak akal sehat menjadi naik pitam atau panik hanya karena provokasi hal-hal yang gampang (Goleman, 1999)
Salah satu dampak dari horman stres terlihat pada aliran darah, ketika denyut jantung meningkat. Darah yang seharusnya mengalir deras justru terhalang masuk ke pusat-pusat kognitif otak. Kartisol mencuri energi dari bagian memori kerja otak dan mengalihkannya ke perasaan. Ketika kadar kartisol sedang meninggi, orang lebih mudah berbuat salah, sulit berkonsentrasi, dan tidak mampu mengingat dengan baik (Wolkowitz dkk dalam Goleman, 1999)
live-in-green.com |
LeDoux mengindikasikan bahwa aliran informasi yang diterima dari panca indra terpecah menjadi dua jalur, satu jalur menuju ke thalamus berlanjut ke neo cortex, sementara jalur yang lain mengarah ke amygdala. Jalur langsung dari thalamus ke amygdala terdiri atas rangkaian neuron yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada jalur yang menghubungkan thalamus dengan neo cortex.
Rute antara thalamus ke neo cortex panjangnya dua kali lebih panjang dibandingkan rute dari thalamus ke amygdala. Informasi dari thalamus ke amygdala dapat bergerak dalam satuan 12/1000 detik (lebih singkat dari pada satu nafas). Arsitektur ini yang memungkinkan amygdala dapat merespon lebih cepat (sangat kilat) bahkan sebelum neo cortex menerima dan mengenali keseluruhan informasi yang dikirim dari thalamus.
Dari thalamus sebagian besar informasi mengalir ke neo cortex dibandingkan ke amygdala. Bagian yang mengatur aliran informasi tersebut adalah prefrontal lobes. Ketika ada suatu kejadian yang tidak diinginkan, prefrontal lobes melakukan penimbangan untung-rugi atas respon yang akan dilakukan. Pada binatang, responnya sangat terbatas, lawan atau lari. Sedangkan Pada manusia alternatif responnya bisa lebih banyak, mulai dari lawan, negosiasi, diskusi, merayu, hingga lari. Sama seperti amygdala, ketiadaan prefrontal lobes membuat individu tidak memiliki aspek emosional pada hidupnya.
Jika manusia hanya memiliki respon terbatas misalnya hilangnya rasa malu, selalu melawan walaupun salah, menyalahkan orang lain dan mengabaikan sifat-sifat kemanusiaan maka bisa dipastikan bahwa sistem otak orang tersebut mengalami kerusakan.
0 komentar:
Posting Komentar